Kisah Inspiratif Sylvester Stallone


Orang sering beranggapan bahwa Hollywood adalah markasnya para orang kaya yang tidak mengerti arti susahnya kehidupan. Namun, di balik segala kemewahannya Holyywood ternyata juga menyimpan sejumlah kisah anak manusia yang berjuang dari dasar untuk sampai di puncak kesuksesan. Satu di antaranya bernama Sylvester Stallone. Berikut adalah sekelumit kisah hidup bintang yang kelak dikenal seantero dunia lewat perannya sebagai John Rambo.

Terlahir di pinggiran kota New York, Stallone melewati masa kecilnya dengan tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya mengikuti orangtuanya. Sedikit banyak, ini membuat Stallone merasa tidak betah dengan lingkungan dan sekolahnya.  Seperti banyak anak muda lainnya, ia merasa dirinya ditakdirkan untuk sesuatu yang lain. Dan bagi Stallone muda, takdirnya adalah menjadi seorang aktor. Maka berbekal keyakinan dan tekad untuk meraih mimpinya, iapun berangkat ke Los Angeles dengan satu tujuan : menjadi bintang film ternama Hollywood.

Sialnya, menjadi seorang aktor rupanya tidaklah mudah, terutama ketika Anda tidak memiliki koneksi yang tepat. Ketika ia tiba di New York ia menemukan begitu banyak pemuda seperti dirinya yang memiliki mimpi yang sama, namun berakhir dengan pekerjaan murahan di jalanan New York. Hal yang sama menimpa  Stallone. Berkali-kali ia gagal audisi. Stallone harus melakukan pekerjaan sampngan seperti membersihkan kandang hewan di kebun binatang, menjadi penata rambut, maupun menjadi penjaga pintu bioskop.

Saking bangkrutnya, dia bahkan sampai harus tidur di terminal bus New York selama 3 minggu, akibat tidak mampu membayar sewa rumahnya.  Suatu ketika, cuaca yang dingin membuatnya melangkah ke sebuah perpustakaan (ia kelak mengakui niat awalnya hanya untuk ”menghangatkan diri” mengingat cuaca New York di musim dingin memang begitu menusuk). Di sanalah ia berkenalan dengan sejumlah buku-buku novel popular yang ditulis oleh para penulis terkenal, khususnya Edgar Allan Poe.

Keuangannya semakin memburuk yang membuatnya terpaksa menjual anjing kesayangan yang juga teman baiknya, Butkus, karena tak sanggup lagi memberinya makan.  Stallone menunggu di luar sebuah bar lokal hingga akhirnya ada yang berminat  membeli seharga US$25. Dia mengenang hal tersebut sebagai “hari yang paling berat” dalam hidupnya.

Dua minggu kemudian, Stallone menonton pertarungan tinju antara Muhammad Ali dan Chuck Wepner di TV, sebuah laga bersejarah ketika Wepner- yang sama sekali tidak diunggulkan, sanggup menjatuhkan sang juara dunia Ali (meskipun pada akhirnya Ali berhasil menang TKO di ronde terakhir) yang kemudian memberinya inspirasi untuk menulis naskah film Rocky. Ada untungnya juga ia sempat ke perpustakaan, karena buku-buku yang dibacanya memberinya banyak arahan dalam membuat cerita yang menarik. Naskah itu ditulisnya selama 3 hari 3 malam, hampir tanpa tidur.

Ia lalu menawarkan naskah tersebut ke beberapa studio film di Holyywood. Setelah sempat ditolak berkali-kali, akhirnya studio United Artists tertarik untuk membelinya. Mereka menyukai naskah tersebut, namun Stallone hanya bersedia menjualnya dengan satu syarat, dia ingin jadi PEMERAN UTAMA, sebagai Rocky sendiri. Terkejut, pihak studio langsung menolak. Mereka sudah berencana membuat film berbudget besar dengan naskah tersebut, dan karenanya mereka ingin aktor terkenal yang memerankan Rocky. Terlalu beresiko mempercayakan peran utama kepada seorang amatir, yang bahkan tak pernah menjadi jagoan di film kecil. Stallone dinilai punya tampang yang “lucu”, begitu juga cara bicaranya. Stallone bersikeras dengan syarat itu meskipun pihak produser sudah menaikkan tawaran mereka hingga US$125,000.

Beberapa minggu kemudian, pihak studio kembali menawar naskahnya, kali ini, sebesar US$250.000. Ia masih menolak. Tawarannya bahkan hampir  mencapai US$400.000 (tawaran tertinggi untuk seorang penulis pemula di Hollywood saat itu), namun Stallone tetap bersikeras dengan syarat yang ia ajukan. Gila, bukan? Stallone kelak mengakui saat itu dia cuma punya sisa uang US$106 di rekeningnya. Dia bahkan sudah kesulitan untuk sekedar memenuhi kebutuhannya sehari-hari, logikanya dia seharusnya sudah dalam posisi tidak punya pilihan.

Namun pemuda itu tahu apa yang ia inginkan. Stallone yakin dirinya berbakat untuk menjadi seorang aktor hebat. Dan ia rela kehilangan kontrak besar demi mendapatkan kesempatan untuk membuktikan hal tersebut. Pada akhirnya, keteguhan hati Stallone membuahkan hasil. Mereka mengijinkannya memerankan sang tokoh utama, meskipun nilai jual naskahnya turun hingga hanya US$ 35.000. Stallone juga tidak akan dibayar dalam perannya jika film tersebut mengalami kerugian. Ia setuju.

Hal pertama yang ia lakukan adalah membawa kembali anjing kesayangannya. Ia menunggu di luar bar yang sama di mana ia menjual anjingnya  selama 3 hari hingga orang tersebut datang. Rupanya si pemilik baru bersikeras menolak melepaskan Butkus . Stallone terpakasa membayar hingga US$3,000 (padahal beberapa bulan sebelumnya dijualnya hanya US$25) untuk mendapatkan kembali si Butkus, namun ia melakukannya karena begitu cintanya kepada anjing tersebut. Kelak anjing itu akan mendampinginya di film Rocky.

Sisanya tinggal sejarah. Rocky meraih sukses besar di Box Office, dan juga merebut penghargaan sebagai film terbaik di Academy Awards 1976. Stallone sendiri mendapatkan nominasi dalam dua kategori, yaitu aktor terbaik dan naskah terbaik. Di malam penghargaan, sambil menangis bangga ia membacakan seluruh lembar penolakan dari berbagai pihak yang sebelumnya memprediksi film itu akan menjadi datar, tak menarik, dan gagal di pasaran.  Ending yang luar biasa, bukan?

Kini Stallone telah menjalani karirnya sebagai bintang film di Hollywood selama lebih dari 3 dekade. Kesuksesan ROCKY dan juga RAMBO telah membuatnya dikenal dimana-mana. Harta kekayaannya juga melimpah ruah. Namun yang lebih penting, ia sukses meraih mimpinya. Suatu pengakuan atas kerja keras dan keteguhan hati.
0 Komentar untuk "Kisah Inspiratif Sylvester Stallone"